Ada sebuah cerita yang bagus sebagai bahan perenungan kita.
Suatu hari ada anak laki-laki yang sangat-sangat nakal. Dia selalu membuat kerusuhan dimana-mana, entah di sekolah, di rumah atau di lingkungan tempat dia tinggal. Dia selalu membuat masalah sampai-sampai semua orang sakit hati dibuatnya.
Ayahnya yang bijak tentu saja tidak diam saja melihat masalah ini. Dia lalu berkata kepada anaknya.
"Nak, kamu tentu tahu semua hal yang kamu lakukan itu salah. Ayah sayang kamu. Sekarang ayah mempunyai satu permintaan bagi kamu."
"Ya, ayah, aku sadar kalau aku telah membuat engkau sedih. Sekarang apa yang dapat aku lakukan untuk ayah?"
"Setiap kali kamu sedang marah atau tidak enak hati lalu berniat untuk membuat masalah, ambil sebuah paku dari gudang belakang dan pakukan ke pagar kayu di belakang rumah."
"Hanya itu saja, ayah?"
"Ya, hanya itu saja."
Maka anak tersebut mulai untuk mengontrol emosinya. Setiap kali dia sedang marah dan berniat untuk menyakiti orang lain, dia selalu teringat kepada janjinya kepada ayahnya. Dia lantas mengambil paku di gudang belakang dan memakukannya di pagar belakang rumahnya, maka dengan itu kekesalannya dapat terobati.
Pada hari itu ada 412 paku yang telah dia pakukan di pagar belakang rumahnya. Lalu dia menceritakannya kepada ayahnya.
"Ayah, aku telah berhasil menahan emosiku sebanyak 412 kali pada hari ini."
"Itu baik, anakku, lakukanlah terus hingga engkau tidak mempunyai alasan lagi untuk memaku pagar tersebut."
Pada keesokannya harinya dia memakukan 350 paku. Keesokan harinya lagi dia berhasil menguranginya menjadi 122 paku. Begitu seterusnya hingga pada suatu hari dia berhasil untuk tidak memaku pagar tersebut, lalu dia kembali kepada ayahnya.
"Ayah, lihat, kini aku sudah tidak mempunyai lagi alasan untuk memaku pagar tersebut!"
"Ayah bangga padamu, nak, sekarang satu hal lagi yang ingin kamu lakukan untuk ayah. Ayah ingin kamu minta maaf untuk setiap kesalahan yang kamu perbuat kepada orang-orang yang telah kamu sakiti. Saat orang itu memaafkan kamu, cabutlah satu paku di pagar belakang yang telah kamu pakukan itu."
"Baik, ayah."
Maka mulailah, dia meminta maaf kepada setiap orang yang telah dia sakiti. Tanpa dia duga-duga ternyata paku tersebut lebih cepat habis dia cabut daripada yang dia kira. Hanya dalam waktu 1 minggu paku tersebut sudah tidak ada lagi di pagar kayu tersebut. Maka dengan girang dia berlari-lari kepada ayahnya untuk mengabarkan hal itu.
"Ayah, semua orang memaafkan aku! Lihat, sudah tidak ada paku lagi di pagar kayu ini!"
"Anakku, itu adalah perbuatan yang paling baik yang telah kamu lakukan. Tapi sekarang coba lihat pagar kayu ini..."
Anak itu melihat pagar kayu tersebut dan menemukan banyak sekali lubang pada pagar kayu itu.
"Ya, ayah, aku lihat. Banyak sekali lubang bekas paku yang telah aku buat pada pagar kayu itu."
"Anakku yang kukasihi, kayu itu melambangkan hati setiap orang yang kamu kenal. Saat kamu menancapkan paku, maka kamu telah menyakiti orang itu. Saat kamu meminta maaf, maka perasaan benci dari orang yang kamu sakiti telah lenyap, namun tidak akan bisa menghapus rasa sakit atas perbuatan yang telah kamu lakukan. Lihat lubang-lubang ini. Dengan apakah kamu akan menambalnya? Karena tidak akan mungkin untuk menghapus rasa sakit hati orang lain atas perbuatanmu itu."
Saturday, March 25, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
I KnOw.. (^_^)
Yeah, ini adalah salah satu cerita favoritku juga....
Post a Comment