Alexandria : Between Love And Obsession

Saya baru aja pulang dari Matos, nonton Alexandria. Yah, kesan pertama ketika saya ditawari nonton film tersebut adalah.. 'Yah, kok nonton film cinta-cintaan sich? Basi banget!". Tetapi ketika saya mulai duduk dan menikmati filmnya (walau rada gak jelas alur ceritanya) saya sangat tertarik dengan film tersebut.

Secara garis besar film tersebut menceritakan tentang seorang laki-laki (saya lupa namanya) yang suka pada wanita yang bernama Alex sejak kecil, tetapi tidak pernah berani untuk mengucapkannya secara langsung. Lalu muncul laki-laki lain (saya juga lupa namanya) yang mengambil hati si wanita. Lalu konflik pun berlanjut hingga pada satu adegan dimana Alex bertengkar dengan kedua laki-laki tersebut.

Yang membuat saya tersentuh adalah pada bagian dimana Alex mengucapkan suatu hal pada laki-laki pertama -> "... Kalo lo emang bener sayang ma gue, harusnya lo ngucapin itu sejak lama... Laki-laki yang lo bilang brengsek ini lebih bisa menunjukkan rasa sayangnya ke gue. bagi gue, perasaan lo itu bukan cinta... tetapi obsesi..."

Degg.... Waawww... pernyataan 'dewasa' sang Alex cukup membuat sadar diri saya. Benarkah saya cinta kepada 'dia'... Apakah itu mungkin hanya obsesi saya saja... Aaahhh... pada titik tersebut saya sadar bahwa batas antara obsesi dan cinta itu sangat tipis. Hampir gak ada malah. Kita tidak pernah sadar kita memang mencintai ataukah hanya sekedar obsesi belaka saja sampai kita 'jatuh' di dalamnya.

Aaahhh... Saya sangat bingung dengan hal ini. Seseorang, siapa saja, bantu saya menjawab pertanyaan ini... 'Apakah cinta itu...?'; 'Apakah obsesi itu...?; 'Bagaimanakah batas-batas antara obsesi dan cinta...?' dan 'Jika saya memang 'terobsesi', mengapakah saya selalu ingin menunjukkan rasa sayang saya padanya...'. Sejujurnya saya ingin kisah saya berakhir seperti si laki-laki pertama... Tidak sadar akan perasaannya hingga benar-benar jatuh di dalamnya...